Suryantopsikologi’s Weblog

Just another WordPress.com weblog

MEMPERINGATI HARI IBU (MOTHER’S DAY) DI INDONESIA

Oleh: Suryanto
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Setiap tanggal 22 Desember, bangsa Indonesia selalu memperingati kegigihan perjuangan para ibu-ibu yang telah melakukan Kongres Perempuan I di Jogjakarta tahun 1028. Mungkin saja kala itu para ibu-ibu yang memiliki pemikiran jauh ke depan, sudah merasakan adanya kesadaran bahwa kemerdekaan bangsa ini hanya akan bisa diraih apabila wanita bersatu. Mungkin munculnya ide kongres juga diilhami oleh peristiwa –peristiwa kepahlawanan pemimpin wanita dan juga Sumpah Pemuda yang diselenggarakan 28 Oktober 2008.
Makna dibalik ini semua tampaknya ada beberapa nilai yang bisa diambil oleh kita, yaitu: nilai kejuangan, nasionalisme, wawasan yang visioner, persatuan dan keinginan untuk merdeka menjadi motivator untuk mereka bertemu menyelenggarakan kongres.

Namun, tampaknya ada pergeseran arti, ketika para reporter TV mewawancarai respondennya. Rata-rata mereka kalau disarikan memiliki ide antara lain: 1. ungkapan kasih sayang mereka pada ibunya, 2. doa pada ibunya, 3. apresiasi pada perjuangan ibunya, 4. penghargaan akan emansipasi wanita.
Tampaknya ide awal peringatan dan dan adanya pergeseran makna peringatan ini menunjukkan dua hal. Memang para penerus sekarang lupa zeitgeizt peristiwa masa lalu itu dan atau malah membuat harapan bahwa ibu adalah segalanya. Yang membanggakan adalah dalam peringatan hari ibu, kita tidak ikut-ikutan pada bangsa lain, yang memperingati hari ibu pada bulan Maret seperti yang dilakukan di negara-negara Eropa dan Timur Tengah. Kita juga tidak seperti negara-negara di AS, Kanada, Jerman, Australia dan lain-lainnya yang memperingati pada bulan Mei. Bahkan mereka membuat hari harus mencari tokoh simbolik dari negara lain atau mitos.

Kita sebagai bangsa harus berbangga, bahwa untuk memperingati peristiwa seperti Hari Ibu sudah ada tonggak sejarah yang dijadikan patokan. Tokoh-tokoh leluhur seperti Putri Shima dari kerajaan Kalianga yang adil (menurut buku sejarah) juga bisa dijadikan model akan kepemimpinannya. Para pejuang perempuan lainnya juga bisa diambil akan teladan akan keberaniannya.

Yang penting, bukan emansipasi dan kesamaan hak-nya antara laki-laki dan perempuan yang saya ingin tonjolkan, yang penting dalam peringatan ini melahirkan dan menumbuhkembangkan kebersamaan (togatherness) dalam mencapai cita-cita bangsa yang adil dan makmur dalam Negara Kesatuan RI ini. Itu saja.
(Mungkin koherensi ide tulisan ini agak kacau karena ditulis saat memperhatikan ceramah)

December 22, 2008 Posted by | Uncategorized | Leave a comment